Kita seringkali mendengar kalimat “اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ بالصِّينِ” yang menurut beberapa ahli hadits kalimat itu merupakan hadits do’if atau hadits lemah dan bahkan ada yg menyebutkan maudhu’ (palsu) karena perawi-nya pembohong. Tapi di era saat ini, nampaknya makna kalimat ini juga relefan dengan teknologi Cina yang saat ini sedang berada di atas awan.
Dahulu produk-produk cina selalu di beri label peniru atau KW, namun dari hal tersebut nampaknya cina belajar mengembangkan industri-industri nya di berbagai lini. Mulai dari elektronik, gadget, otomotif, manufaktur dan berbagai lini industri.
Dalam hiruk-pikuk persaingan global, kisah-kisah inspiratif seringkali muncul dari tempat yang tak terduga. Salah satunya adalah BYD (Build Your Dream), raksasa mobil listrik asal Tiongkok, yang perjalanannya menawarkan pelajaran berharga tentang kegigihan dan inovasi. Lebih dari itu, perkembangan Tiongkok secara keseluruhan, yang bergerak maju dengan karakteristik uniknya, patut kita jadikan cermin untuk introspeksi dan perbaikan diri.
Perjalanan BYD dimulai pada tahun 1995 dari sebuah apartemen kecil, fokus pada penjualan baterai. Bayangkan, sebuah perusahaan yang kini memimpin pasar mobil listrik global, awalnya hanyalah penjual baterai dari sebuah ruangan sederhana. Pada tahun 2003, mereka memutuskan untuk masuk ke industri otomotif, sebuah langkah yang saat itu disambut dengan ejekan dan cemoohan dari banyak pihak. Media menganggap mereka sudah telat, bahkan menjadikan mereka bahan lelucon salah satunya Elon Mask (CEO Tesla).
Namun, alih-alih menyerah, BYD justru menjadikan ejekan tersebut sebagai bahan bakar untuk maju. Mereka berfokus pada inovasi inti, khususnya pengembangan teknologi baterai. Hasilnya adalah “Blade Battery” yang revolusioner, menjadi rahasia keunggulan mereka dibanding pesaing. Kemampuan mereka untuk memproduksi hampir semua komponen mobil sendiri, termasuk membangun kereta api modern seperti Sky Shuttle, menunjukkan bahwa visi “Build Your Dreams” (BYD) bukan sekadar slogan. Mereka membuktikan bahwa dengan keberanian dan kerja keras, ejekan bisa diubah menjadi pendorong untuk mencapai puncak. Dalam setahun, mereka bahkan berhasil mengungguli Tesla dalam penjualan mobil, sebuah pencapaian yang luar biasa bagi perusahaan yang dulu dipandang sebelah mata.
Kisah BYD adalah bagian dari narasi yang lebih besar tentang kebangkitan Tiongkok. Selama beberapa dekade terakhir, ketika negara-negara Barat disibukkan dengan konflik dan gejolak, Tiongkok memilih jalan berbeda. Mereka mengatur ulang prioritasnya dengan tenang dan efektif, fokus pada pembangunan internal, inovasi teknologi, dan penguatan ekonomi.
Fenomena ini terlihat jelas di kota-kota seperti Shenzhen, yang dalam beberapa dekade berubah dari desa nelayan menjadi “Silicon Valley-nya Timur” dengan kecepatan yang menakjubkan. Infrastruktur canggih, dominasi mobil listrik, layanan pengiriman drone, dan taksi tanpa pengemudi adalah pemandangan sehari-hari. Meskipun dengan akses internet yang relatif terbatas dari dunia luar (platform global seperti google, ebay, apple, IG, FB, WA tidak bisa di akses secara langsung di Cina), Tiongkok justru mengembangkan ekosistem teknologi dan inovasi mereka sendiri, menciptakan solusi lokal yang seringkali melampaui standar global. Mereka menunjukkan bahwa kemajuan tidak selalu harus mengikuti cetak biru yang sama, dan dengan kemandirian serta fokus, lompatan besar bisa dicapai.
Kisah BYD dan kebangkitan Tiongkok ini menawarkan pelajaran berharga bagi kita di Indonesia. Seringkali, kita cenderung menyalahkan keadaan, menunggu perubahan datang dari pemerintah, organisasi besar, atau perusahaan. Namun, marilah kita belajar dari semangat Tiongkok untuk memulai perbaikan dari diri kita sendiri.
Saya jadi teringan dengan pesan-pesan motivator saya pak Onno W. Purbo, kita harus menjadi pembuat jangan jadi pengguna, nampaknya kita belum sepenuhnya sadar dengan hal itu. Justru cina mengawalinya secara masif sudah sejak lama.
Seringkali kita masih terdistraksi dengan sebuah kekurangan, kurang ini lah kurang itu lah. Pemerintah beginilah, pemerintah begitulah. Di indonesia beginilah.., Di Indonesia begitulah… dan kalimat-kalimat keluhan lainnya yang sering kali terucap dan terdengar dimana-mana.
Dalam segala keterbatasan yang mungkin kita hadapi, baik itu sumber daya, infrastruktur, atau bahkan pandangan negatif, kita harus tetap berjuang. Setiap individu memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan. Beranilah mengambil risiko, berinovasi, dan tidak takut dicemooh. Jadilah pribadi yang kritis terhadap kemapanan dan berani mencari solusi baru, bukan sekadar menerima keadaan.
Bangsa yang besar tidak dibangun dari kumpulan warga negara yang hanya menerima keadaan, melainkan dari mayoritas warga negara yang berani merubah keadaan. Mari kita mulai dari diri kita sendiri, dengan semangat “Build Your Dreams“, untuk membangun Indonesia yang lebih maju, inovatif, dan berdaya saing global. Masa depan bangsa ini ada di tangan kita, para individu yang berani bermimpi dan bertindak.